Senin, 25 Desember 2017

PEMAHAMAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN SAMPAH ITF UNTUK MENDUKUNG KONSEP SMART CITY

Teknologi incinerator berserta pengolaan sampah ITF (Intermediete Treatment Facility)


Agar bisa disebut smart city maka di area tersebut harus bersih dari sampah, selain itu juga harus memiliki teknologi yang mampu mengelola sampah menjadi sesuatu yang berguna sehingga mengurangi dampak limbah sampah. Supaya terwujud kota yang pintar dan bersih maka pemerintah harus membangun teknologi incinerator beserta tempat pengolahan sampah Intermediate Treatment Facility (ITF)

Teknologi incinerator bekerja dengan cara membakar sampah secara optimal sampai menjadi abu, partikulat, panas, dan gas hasil pembakaran yang ramah lingkungan. Insinerasi dan pengolahan sampah bertemperatur tinggi lainnya didefinisikan sebagai pengolahan termal. Gas yang dihasilkan harus dibersihkan dari polutan sebelum dilepas ke atmosfer. Panas yang dihasilkan bisa dimanfaatkan sebagai energi pembangkit listrik.

Sedangkan ITF (Intermediete Treatment Facility) adalah fasilitas pengolahan sampah yang bertujuan untuk mengurangi jumlah sampah sebesar-besarnya sebelum masuk ke TPA atau tempat pembuangan akhir sampah. ITF biasa juga disebut dengan transfer station, stasiun transfer berfungsi sebagai penghubung antara tahap pengumpulan dan fasilitas pembuangan akhir. Tujuan dasar dari stasiun transfer adalah memadatkan dan menyatukan sampah dari kendaraan-kendaraan pengumpul ke suatu kendaraan pemindah dengan volume yang lebih besar seperti truk trailer, kereta, atau kapal.

ITF ini sangat diharapkan dapat mengurangi biaya pengangkutan sampah dan juga sekaligus menambah umur TPA. Kita bisa menemukan 2 jenis ITF, yaitu yang mengolah sampah anorganik, dapat dibakar lalu energi panasnya digunakan sebagai pembangkit listrik. Dan yang satu lagi dapat mengolah sampah organik menjadi kompos, air lindinya bisa menghasilkan gas metan yang bisa menghasilkan listrik juga lalu residunya alias padatanya bisa menjadi pupuk kompos kelas tinggi. Nah teknologi ini seperti di kartun toy story 3, dimana diakhir cerita mereka berada di pembuang sampah yang menggunakan teknologi incinerator dan ITF.
Secara sederhana sistem kerja ITF adalah seperti ini


Pertama setelah dilakukan pemilahan sampah organik dan anorganik, sampah organik dicacah kemudian dimasukkan ke kompartemen hidrolisis. Disitu sampah tercacah disemprot dengan air lindi yang diputarkan dari anaerobic digester secara kontinyu supaya air lindi yang ada di dalam sampah bisa terpancing keluar dengan maksimal dan dapat menghasilkan gas juga dengan maksimal. Air lindi didefinisikan sebagai suatu cairan yang dihasilkan dari pemaparan air hujan pada timbunan sampah. Cairan ini berasal dari proses perkolasi/percampuran (umumnya dari air hujan yang masuk kedalam tumpukan sampah), sehingga bahan-bahan terlarut dari sampah akan terekstraksi atau berbaur. Cairan ini harus diolah dari suatu unit pengolahan aerobik atau anaerobik sebelum dibuang ke lingkungan.
.
Sistem yang digunakan biasa saja, hanya ada tambahan pengolahan air lindi seperti pada biogas dari limbah domestik atau peternakan ataupun limbah tahu. Lebih lengkap proses pengolahan digester mirip dengan proses biologis untuk anaerobic digester pada pengolahan limbah domestik secara umum mirip prosesnya.
Pencernaan anaerobik merupakan proses alami pembusukan dan peluruhan,  dimana bahan organik dipecah menjadi komponen sederhana yang bahan-bahan kimia di bawah  kondisi anaerobik. Mikroorganisme anaerobik mencerna bahan organik, di  ketiadaan oksigen untuk menghasilkan karbon metana dan karbon sebagai produk akhir di bawah yang ideal

Perlakuan untuk komposnya sendiri sama dengan pembuatan kompos dengan cara aerobic. Cara membuat kompos aerob memakan waktu 40-50 hari. Perlu ketelatenan lebih untuk membuat kompos dengan metode ini. Kita harus mengontrol dengan seksama suhu dan kelembaban kompos saat proses pengomposan berlangsung. Secara berkala, tumpukan kompos harus dibalik untuk menyetabilkan suhu dan kelembabannya.

Pendapatan dari sampah cukup menjanjikan setidaknya bila tidak dijual bisa disumbang ke masyarakat sekitar sehingga bisa mengurangi beban pengeluaran mereka. Ini bisa jadi program CSR yang baik bagi siapapun yang melakukan.
Disamping listrik dan kompos, masih ada sampah anorganik yang dapat dikumpulkan dan dijual (ini bisa terjadi karna di Indonesia sampahnya tidak dipilah di rumah). Adanya pengumpulan sampah anorganik ini dapat juga dikembangkan menjadi Bank Sampah yang sebetulnya sudah marak di mana-mana.

Maka bagi perusahaan, pemerintah maupun perorangan atau komunitas.. mengolah sampah itu tidak sulit tapi komitmen dan konsistensi itulah yang biasanya membuat kita berat untuk memulai dan melakukannya.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.kisahrakyat.com/2017/11/10-teknologi-yang-dapat-di-implementasi.html
https://brainly.co.id/tugas/5785090



https://alamtani.com/cara-membuat-kompos/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar